Tuesday, February 22, 2011

FILSAFAT NEGARA GUS DUR

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melebihi apapun adalah seorang negarawan. Beliau boleh saja disebut sebagai cendekiawan muslim, budayawan, politisi. Namun segenap modal budaya tersebut Ia gerakkan untuk menjaga titik keseimbangan negara-bangsa. Apalagi segenap perjuangan saat Orde Baru telah terbayar melalui Kepresidenan ke-4 RI, di mana beliau mampu mewujudkan eksperimentasi kenegaraannya, yang lahir dari keprihatinan atas otoritarianisme politik Orde Baru.

Meskipun umur kepresidenanya tak lama. Tetapi kita tetap bisa menemukan garis merah konsepsional dari segenap kebijakan politik yang konon sering kontroversial. Dalam hal ini, studi tentang filsafat negara Gus Dur menjadi titik muara, karena ia tidak hanya merujuk pada domain politik, tetapi terlebih budaya. Dalam discourse negara, pemikiran Gus Dur bisa diletakkan secara menyeluruh, sebab sejak Orde Baru hingga sekarang, titik bidik Gus Dur adalah negara, tepatnya oposisi terhadap negara, bahkan ketika ia “menjelma negara”. Sayangnya, ketiadaan perumusan sistemik, serta pengangkatan Gus Dur pada level politik budaya, akan meniadakan gerak dan watak Gus Dur yang sejak awal sudah political. Politik dalam arti keberpihakan, politik dalam arti pengarahan praktik politik oleh sebuah pemikiran.

Hal ini nyata, sebab jauh sebelum Gus Dur menjadi presiden, Ketua PBNU, dan oposisi utama Soeharto, ia terlebih adalah cendekiawan sosial yang merumuskan kritik budaya dalam jurnal Prisma (LP3ES). Gus Dur sejak awal kedatangan ke Indonesia pasca studi di Baghdad adalah sosok sadar ideologi. Hal ini menjadi nyata, selayak kerja awal yang merujuk pada kritik atas pola pembangunan Orde Baru yang hanya mengacu pada pemercepatan ekonomi, minus pemerataan kesejahteraan.

Inti ijtihad politik Gus Dur adalah untuk mementingkan kesatuan wilayah dan kesatuan jiwa atas agama demi membangun kebangsaan atau nasionalisme serta generasi penerus. Ini merupakan manifetasi dari keyakinan dan kepeduliannya terhadap upaya penerapan syariah Islam, yang humanis dan universal dengan upaya-upaya yang serius untuk memberi alternatif pemikiran terhadap penyelesaian berbagai persoalan bangsa dan Negara tanpa harus mengorbankan siapa-siapa, tetapi menghormati semua golongan dan pihak.

YANG MEMBUTUHKAN BUKUNYA GUS DUR SILAHKAN DOWNLOAD

FILSAFAT NEGARA GUS DUR

Pendahuluan
I. Pemikiran Politik Gus Dur
II. Kritik Demokrasi Institusional
III. Pemikiran Politik Islam Gus Dur
IV. Gus Dur dan Negara Islam
V. Gus Dur dan Syari’at Islam
VI. Gus Dur dan Kultur Demokratis
VII. Dekonstruksi Negara Gus Dur
Penutup
Daftar Pustaka

4 comments:

  1. mohon info, buku filsafat negara gus dur ini penulisnya siapa ya? terima kasih

    ReplyDelete
  2. saya sangat heran kepada muslim yang condong kpd gusdur. apakah tidak melihat hasil karyanya. bukankah seseorang dapat dinilai dari karyanya? bukankah puhun dapat di beri nama dengan buahnya. bukankah Allah Ta'ala menilai dari amal perbuatan hambanya, walau niat merupakan asas, namun harus sesuai dengan syareat yang nyata.
    1. kalau dilihat dari kiprahnya. maka nampak buahnya merugikan kaum muslimin.
    2. kalau dilihat dari candanya, nampak tidak memiliki muru'ah yang menjadi tolok ukur para ulama.
    3. kalau dilihat dari masa bodohnya, maka dia takabbur.
    4. kalau dilihat dari masa kepresidennya, maka dia telah melahirkan kebobrokan dalam negara, hingga mempermalukan bangsa dengan keluar dhadapan Istana dan dihadapan dunia dengan celana kolor.
    5.kalau dilihat dari fatwanya, maka banyak menghalalkan perkara yang diharamkan dalam agama, saya tidak dapat merinci hal tsb namun kalau tidak ada contoh melainkan dibebaskan agama konghucu hingga sekarang meraja lela diberbagai kota dan pelosok melakukan ritual barongseng. dengan bebas. maka sungguh merupakan bekal dia kelak diakherat dihadapan Allah ta'ala.
    6. dipandang dari segi manapun sosok Gusdur tidak memiliki nilai apapun. kalaupun ada yang menilai positif maka tidak lain anak didik gusdur sendiri.
    7. kalau dipandang kesadaran pribadinya, maka dia lalai dan buta mata hati. bgaimana dapat dikatakan sadar kalau sang buta berani memimpin suatu negara. untuk jaga toko saja tdk pantas apalagi menjaga negara. jadi secara agama dan akal sehat manapun sangat tidak pantas. namun kebodohan telah menyelimuti semua akal orang zaman sekarang. hingga yg nyata bagai matahari disiang hari tidak nampak oleh mrk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
  3. Meskipun aku bukan murid Gusdur, aku sangat tersinggung dengan pernyataan saudara yang tidak menunjukkan etika seorang muslim. Ilmu anda mungkin belum cukup untuk menilai seorang Gusdur, belajar ngaji lagi supaya bisa menilai orang dengan beretika.

    ReplyDelete

komentar anda akan sangat berarti

Featured Post

MENJAUHI ANARKHISME DALAM BERAGAMA

Oleh : M. Fatikhun, S.Ag., M.H. Dewasa ini kita disuguhkan pada menguatnya fenomena kelompok umat Islam yang praktek kehidupan beragama ya...