Kitab ini dimaksudkan untuk meluruskan berbagai pengertian dan kandungan yang
ditulis di dalam Kitab ManazHus-Sa'irin karangan Abu Isma'il Al-Harawy,
sebuah kitab yang membahas masalah thariqah ilallah (perjalanan kepada
Allah), yang kemudian diklaim sebagai dunia sufi, atau di negeri kita ini
lebih terkenal dengan istilah toriqot.
Pada hakikatnya tidak ada yang perlu diributkan dengan kata
thariqah itu sendiri. Apalagi jika thariqah itu ilallah. Karena memang setiap
orang Muslim haras senantiasa berada dalam perjalanan kepada Allah,
dan bahkan setiap manusia, Mukmin maupun kafir, akan kembali kepada
Allah (ilaihin-nusyur). Setiap orang Muslim haras membekali diri dalam
menempuh perjalanannya, haras melewati manzilah-manzilah yang
memang seharasnya untuk dilewati. Tapi kata thariqah ini menjadi istilah
tersendiri ketika ia dinisbatkan kepada golongan tertentu, dengan
pakaian, amaliah, perilaku, sikap, doktrin, norma-norma dan segala ciri-
cirinya tertentu, disertai dengan penggunaan istilah-istilah tertentu pula,
yang sama sekali tidak ada dalam kehidupan orang-orang salafush-sha-lih,
apalagi dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tentu saja banyak ajaran yang
haras di-lakoni setiap hari dan bahkan setiap saat oleh siapa pun yang
bergabung ke golongan ahli thariqah. Terlebih lagi jika dia sudah
mencapai tataran tertentu dari berbagai tataran yang mereka ciptakan.
Yang buntut-buntutnya mengarah kepada ghuluw. Memang di satu sisi
mereka bisa melepaskan diri dari pesona keduniaan, dan hal ini juga
merapakan keadaan atau kedudukan yang harus dipelihara oleh orang
yang sedang mengadakan perjalanan kepada Allah. Tapi sekiranya syetan
menyusup ke dalam hatinya, lalu berbisik, "Engkau adalah calon penghu-ni
surga", maka apa kira-kirayang terjadi dengan dirinya? Dia pun menja-min
seseorang yang menjalani kehidupan seperti dirinya atau masuk ke dalam
golongan ahli thariqah, akan menjadi penghuni surga. Atau mungkin ada
pula anggapan mereka tentang ilmu ladunny, ilmu atau ma'rifat yang
langsung disusupkan Allah ke dalam hati. Sehingga dengan ilmu ladunny ini
mereka tidak perlu mempelajari ilmu-iknu zhahir, seperti ilmu syariat, wajib,
sunat, makruh, haram, halal dan ilmu apa pun yang harus dibaca,
dihapalkan dan ditekuni dengan amal.
Hal-hal seperti inilah yang ingin dilempangkan Ibnu Qayyim Al-
Jauziyah dan juga lain-lainnya, termasuk penjelasan tentang berbagai
istilah yang digunakan ahli thariqah, khususnya dalam kitab Manazilus-
Sa'irin. Boleh jadi Ibnu Qayyim mempunyai pandangan tersendiri yang
bemilai positif terhadap kitab tersebut, sehingga dia menyempatkan diri
untuk mengupasnya kembali, menjelaskan dan meluruskan isinya yang
dirasa kurang pas.
Tentang kitab (Madarijus-Salikin) ini sendiri seakan mempunyai dua
visi. Satu visi berupa tulisan Ibnu Qayyim dan visi lain merupakan kritik
atau pun pembenahan terhadap kandungan kitab ManazUus-Sa'irin. Pada
permulaannya Ibnu Qayyim mengupas Al-Fatihah, yang merupakan in-duk
Al-Qur'an dan yang mengintisarikan semua kandungan di dalam Al-Qur'an.
Kemudianyang lebih inti lagi adalah pembahasan tentang makna iyyaka
na'budu wa iyyaka nasta'in, yang menjadi ruh dari keseluruhan kitab ini.
Pada sisi inilah ketaajuban layak disampaikan kepada Ibnu Qayyim oleh
siapa pun yang membacanya. Begitu dalam pengkajiannya dan begitu luas
pembahasannya.
BAGI YANG MEMBUTUHKAN SILAHKAN KLIK....
TERJEMAH MADARIJ AL-SALIKIN
ada terjemahan risalah mu'awanah ga ?
ReplyDeleteKalo ada tolong yaa :)
buka laman web jahabersa
ReplyDeletemohon ikhlas nya
ReplyDeleteAssalamu alaikum ustats boleh nga KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ diupdata soalnya linknya sudah terhapus sebelum dan sesudahnya saya ucapkan sukron
ReplyDeletenice blog....link back yah
ReplyDelete